Foto Jalan Desa (Dokumen 'mobilmo.com')
Sesal
Oleh
Mustajib
Berkali-kali Sake Taguna memohon ampunan-Nya. “Astagfirullah, astagfirullah,
astagfirullahal aziem,” lisan pemilik nama serupa akronim itu. Tangannya masih
memegang handpone. Tidak seperti layar handphone yang memancarkan
cahaya, wajah Sake meredup, seperti tertutup tirai debu penyesalan.
Sake baru saja selesai membaca sebuah pentigraf tentang seorang nyonya kaya
yang mobilnya mogok saat dalam suatu perjalanan. Untuk meneruskan perjalanan, berkali-kali
ia menghentikan mobil yang melintas. Ta’ sudi ta’, tak ada pengemudi yang
berhenti, terkecuali Abdullah. Pria ini tidak mau dibayar dengan uang. “Janjilah
untuk selalu menolong siapa pun sebagai bayaran untukku,” ucap hamba Allah berhati
batu mulia itu.
Sake teringat kembali pengelaman seminggu sebelumnya saat pulang kampung
dari kota untuk takziah. Saat itu malam belum terlalu larut, pukul 10-an. Tak
jauh setelah masuk ke mulut jalan menuju desanya, ia distop seorang wanita muda.
Dari celah kaca mobilnya, terdengar wanita itu minta tolong karena sepeda
motornya mogok. Sake tidak berhenti, karena curiga. Beredar khabar, motif
seperti itu seringkali sebagai modus penodongan di jalan-jalan desa yang sepi tanpa
lampu penerang jalan. Betapa terkejutnya Sake keesokan harinya setelah membaca
berita online tentang seorang gadis diperkosa sekawananan penodong.
Kehormatan dan kendaraannya raib. Dari deskripsi korban, latar, serta
kronologis kejadian, Sake yakin, sang korban adalah perempuan yang mengharap
bantuannya malam itu. “Sesal kemudian tak berguna,” lirih Sake dalam hatinya.
Riyadh, 2 Juni 2024
Keren. Lanjut bah
BalasHapusMantab...cepat mempelajari sesuatu yang baru...
BalasHapusMatur nuwun, Bu Sri atas BW dan sekaligus apresiasinya. Saya banyak belajar dari (tulisan2) Bu Sri juga. Salam sehat dan sukses selalu. Aamiin
Hapus