“Tausyiah Literasi” Karmina


“Tausyiah Literasi” Karmina
Oleh
Mustajib

 

Setiap anggota WhatsApp Group (WAG) “Rumah Virus Literasi (RVL)”, termasuk saya pribadi, di-“wajibkan” untuk menyebarkan “virus” (benih-benih) literasi, khususnya semangat membaca dan menulis. Untuk misi mulia ini, saya melakukan “tausiyah literasi” Karmina. Apa maksud dari tausiyah literasi? Apa bentuknya? Kepada siapa dan bagaimana caranya? Dan makhluk apa yang yang bernama Karmina itu? Berikut ini uraiannya.

Tausyiah atau tausiah, menurut Wiikipedia (d.m.wikipedia.org), merupakan istilah umum di kalangan umat Islam yang merujuk kepada kegiatan siar agama (dakwah) yang disampaikan secara tidak resmi (informal). Secara praktis, masih menurut Wiikipedia, tausiyah juga berarti ceramah keagmaan yang berisi pesan-pesan dalam hal kebenaran dan kesabaran sebagaimana tertuang dalam Al Qur’an Surat Al-‘Ashar ayat 3 yang artinya “Dan mereka saling berwasiat dalam kebenaran dan kesabaran”.

Merujuk pada pengertian tausiyah dalam arti yang sebenarnya di atas, ‘tausiyah literasi” dalam tulisan ini merujuk pada kegiatan “siar” literasi yang berisi pesan-pesan berliterasi secara benar dengan penuh kesabaran. “Siar” atau “menyiarkan”, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online, berarti menyebarkan atau mempropagandakan.

Siar dalam pengertian di atas tersirat makna ‘memberitahukan dan mengajak”. Sebagai misal, frase “Siar(an) Pendidikan”, bermakna siaran (penyebarluasan) yang berisi acara-acara (pesan-pesan) dengan tujuan mendidik. Dengan demikian, tausiyah literasi dalam konteks tulisan ini, mengandung maksud menyebarkan semangat literasi baca tulis (Karmina) secara benar dengan penuh kesabaran.

Berawal dari sebuah postingan berupa ajakan untuk menulis Karmina (cakinin.blogspot.com, 7/6/2024), minat saya untuk lebih mengetahui tentang Karmina dan berpartisipasi dalam event (penerbitan) “Antologi Karmina Mencatat Rekor Muri 1500 Penulis” itu muncul. Saya mulai lebih serius membaca tentang puisi pendek yang terdiri dari dua (2) baris itu dimana baris kedua merupakan isi yang berupa sindirian-sindiran halus yang notabene umumnya berupa ajakan-ajakan tidak langsung untuk berbuat baik.

Dengan pemahaman itu, saya selanjutnya mencoba membuat atau menulis delapan (8) Karmina sebagai persyaratan untuk mendaftar. Alhamdulillah, sekali kirim langsung diterima dengan sedikit revisi (pembimbingan). Merasa ada pengetahuan, pengalaman dan keterampilan sedikit, saya memberanikan diri untuk mengajak pendidik dan tenaga kependidikan yang tergabung dalam WAG “SILN, POKJAR, UT KSA”. Secara personal, ada guru dan rekan mahasiswa yang saya ajak secara langsung.

Momentum yang menuntun untuk memberi tausiyah literasi baca-tulis Karmina terjadi pada tanggal 12 Juni 2024. Begitu bangun pagi, tiba-tiba muncul ide untuk mengajak keluarga menulis Karmina. Setelah selesai sholat subuh, saya membuat WAG “Keluarga Karmina” beranggotakan seluruh anggota keluarga (6 orang).  Mulailah saya meluncurkan kalimat-kalimat persuasif (ajakan). Diantaranya, “Ayo kita menulis KARMINA. Nanti kita bukukan menjadi ‘KARMINA KELUARGA’”. Saya memberkan panduan ringkas dan contoh-contoh Karmina yang saya tulis dan sudah lulus seleksi untuk isi antologi Karmina di atas.

Dalam waktu singkat, direspon oleh anak-anak saya (4 orang). Anak sulung (Ika Fitria Rahmawati) dan putri ketiga (Witry Naylufar/WN) mulai mencoba menulis puisi berantai ber-rima “a-a” itu. Dengan sabar saya mengomentari, membimbing dan berkali-kali mengingatkan kepada mereka tentang prinsip-prinsip pokok penulisan Karmina. Alhamdulillah, WN berhasil menelurkan delapan (8) Karmina. Saya langsung daftarkan. Setelah mendapatkan bimbingan dan/atau revisi sedikit, kedelapan Karmina karya WN dinyatakan lolos. Hasil ini saya pakai untuk memotivasi yang lain. Masya Allah, di hari itu, dengan proses yang kurang lebih sama, karya putri kedua kami (Dwi Hilyati Aulia, mahasiswi semester VI) dinyatakan lulus seleksi juga.

Yang tidak diduga-duga adalah putra bungsu (laki-laki semata wayang : Muhammad Sukri Rizky Ramadhan). Ia berhasil menyelesaikan delapan Karmina dengan kualitas yang, menurut kami, really unpredictable and amazing, luar biasa – serasa tak sebanding dengan usia dan tingkatan pendidikannya. Setelah saya daftarkan, dengan proses yang kurang lebih sama, akhirnya dinyatakan lulus seleksi. Hasil ini sepertinya menjustifikasi penghargaan yang diberikan oleh sekolah (Sekolah Indonesia RiyadhlSIR) kepadanya. Saat “wisuda” lulus kelas VI jenjang sekolah dasar (SD), tanggal 30 Mei 2024 lalu, Rizky – demikian panggilan akrabnya – mendapat piagam penghargaan sebagai siswa terbaik dalam bidang ‘Bahasa dan Sastra’.

The real tausiyah literasi Karmina terjadi pada 14 Mei 2024. Sambil menunggu hasil seleksi Karmina karya anak sulung kami, saya memotivasi WN untuk mengajak salah seorang teman akrabbnya (sebut saja namanya ‘Cantik’ dengan panggilan akrab ‘Cant’) untuk berpartisipasi dalam penulisan Karmina untuk memecahkan rekor MURI Tahun 2024 tersebut. Belum sempat ditawarkan, WN langsung berkilah, “Dia pasti gamau (“tidak mau”), pa. Gabisa (“tidak bisa”) juga. Soalnya dia sibuk buat (“membuat”) lagunya. Mau rilis....”

Dengan sabar saya mulai bertausiyah. “Siapa tahu, di sela-sela itu. Kan kalo (“kalau”) pinter (“pintar”) seperti kalian, kan tidak tidak sampai 1 (satu) hari klar”. WN lalu merespon, “Okaayy, saya coba ajak”. Lalu, disambungya lagi dengan pertanyaan yang membuat saya melanjutkan tausiyah literasi. “Apa bilangnya (“Saya harus mengatakan apa”)?” tanyanya.

Sebelum menjawab pertanyaannya, saya memberikan tausiyah lagi. Kali ini lebih beraroma agama. Saya katakan (melalui tulisan) berdasarkan apa yang sering saya dengar dalam berbagai kesempatan dari ustadz dan ustadzah, “Dengan mengajak, kamu (men-)dapat pahala. Kalo dia mau dan berpartisipasi, kamu ‘dapat’ pahala lagi”. Saya segera menyambung, “Kalo nanti sama2 (‘sama-sama’) bisa hadir saat launching, dapat pahala lagi karena bisa silaturrahmi. Bukankah silaturrahmi memberikan pahala, kesehatan, umur panjang dan murah rizki?” Atas tausiyah ini, langsung ditanggapi WN, “Iyaaa, Okay.”

Atas pernyataan, ‘apa yang mau disampaikan ke Cantik’, tausiyah saya mengalir deras dan lancar tanpa terputus -- dan ini pun berdasarkan apa yang sering dengar dan baca – diantaranya buku Bongkar Rahasia Cara Mudah Produktif Menulis Buku karya Agung Nugroho C. Saputro (2023) halaman-halaman awal, seperti berikut ini.

Saya meminta WN mengawali ajakannya ke Cantik dengan mengatakan, “Cant, yuk ikutan buat pantun kilat (Karmina)”. Lalu, saya meminta WN untuk mengirim flyer dan panduan ringkas cara membuat Karmina. “Iya, Okay.” respon WN.

Saya menganjurkan untuk melanjutkan seperti ini, “Saya sudah lolos. Kalo Cant bisa lolos, insya Allah kita bisa reunian nanti saat launching, bulan Desember 2024, kemungkinan di Taman Mini. Siapkan 8 draf Karmina untuk daftar. Nanti akan dibimbing jika dianggap belum pas.”

Mengantisipasi Cantik bertanya, "Kirim kemana?", saya suruh WN menjawab, "kalo sudah siap draf, kirim ke bapak saya,  karena beliau udah lolos duluan maka dipercaya memberikan rekomendasi". WN kembali menyatakan persetujuannya. “Okay, sip,” katanya.

Saya pertegas ke WN, “Ini namanya dakwah literasi. Mengajak orang untuk berliterasi baca dan menulis. Dengan berdakwah literasi berarti kita sudah mengamalkan wahyu Allah yang berbunyi ‘Iqro' : bacalah’. Orang, kalau sudah gemar membaca, pasti akan mudah diajak dan bisa menulis. Kalo kita berhasil mengajak seseorang berliterasi (membaca dan menulis) dan orang tersebut terus membaca dan menghasilkan tulisan-tulisan (yang baik) maka insya Allah kita akan mendapatkan pahala.”

Saya melanjutkan sebelum WN menanggapi, “Jika tulisannya itu baik dan bisa menginspirasi orang untuk melakukan hal yang sama, insya Allah, pahala kita akan terus mengalir. Mungkin kamu bertanya, bagaimana kalo tulisan-tulisannya jelek yang tidak inspiratif? Atau materi tulisannya buruk?”

Pertanyaan retoris tersebut saya jawab sendiri, “Tidak ada tulisan yang jelek. Masing-masing tulisan akan menemukan jodoh pembacanya yang pas. Jika sebuah tulisan dianggap jelek, lalu orang tersebut terdorong untuk mengomentari dan/atau memperbaiki maka tulisan yang dianggap jelek itu secara tidak langsung sudah ‘berbuat baik’ mendorong orang tersebut untuk berbuat baik, atau mengamallan ‘iqro’.” Sampai di sini WN tidak memberi tanggapan dengan kata-kata. Tanggapan ditunjukkan dengan emoji jantung berwrna merah.

Emoji yang sama diberikan lagi ketika saya menyelesaikan kalimat-kalimat ini, “Apakah iqro' yang berarti ‘bacalah’ itu terkait dengan menulis? Jawabannya, ‘ya’. Kalau tidak ada bahan bacaan, apa yang mau dibaca? Satu-satunya jalan untuk menyediakan bahan bacaan oleh dan untuk sesama manusia adalah dengan menulis, atau melalui tulisan.”

“Bagaimana?”, tanya saya sebelum mengakhiri tausiyah. WN menjawab singkat. “Siapp, pahamm.”

Alhamdulillah, begitu tausiyah saya selesai, ada pesan WA dari mentor yang menangani pendaftaran dan pembimbingan anak sulung saya. Pesan mentor terbaca (kurang lebih), “Setelah revisi sedikit, Ika sudah lolos.”

Sampai tausiyah ini terpublikasi, saya belum mendapat khabar apakah semua draf Karmina istri saya sudah lulus seleksi atau belum. Begitu juga tentang kesedian Cantik berpartisipasi dalam penulisan Karmina ini, saya belum memperoleh kepastian karena saya sendiri belum menanyakan ke WN.

Semoga tausyaih literasi Karmina saya berhasil. Aaamiin.

 

Riyadh, 14 Juni 2024

 

Mustajib

Simple man. Having 4 children from 1 wife. Civil Servant.

2 Komentar

Lebih baru Lebih lama