Saat
ini, Sabtu, 11 Mei 2024, pukul; 19.07 Waktu Arab Saudi (WAS), di hadapan saya
ada tiga buah buku. Yang pertama adalah The Life of Muhammad: Wisdom and
Spiritual Legacy of the Prophet oleh Maulana Wahiduddin Khan (Goodword
Books, edisi Reprinted, 2024). Buku kedua dan ketiga, masing-masing
adalah Metamorfosis Sang Nabi: Dari Buta Huruf menjadi Ilmuwan Jenius
oleh Agus Mustofa (Padma, 2008) dan Tuhan dan Hal-hal yang Tak Selesai
oleh Goenawan Mohamad (Diva Press, edisi revisi, 2019).
Yang
sudah selesai, clear dan clean, bagi saya adalah bahwa Muhammad Shalallahu’alaihi
wassalam (SAW) lahir di Makkah pada tahun Gajah, 570 M, putra dari pasangan
Abdullah bin Abudul Muthalib dan Siti Aminah yang nasab keduanya ujung-ujungnya
berhulu pada Nabi Ismail dan Siti Hajar --putra dan istri Nabi Ibrahim Alaihi
Salam (AS). Khalas, Sudah selesai. Tidak ada tanya dan “ragu” lagi.
Yang
belum selesai ada dua poin. Pertama, dari buku Tuhan dan Hal-hal yang Tak
Selesai, seperti pada ‘Pengantar Edisi Revisi’, untuk sementara ada beberapa
pertanyaan. Satu diantaranya, “kenapa budayawan Goenawan Mohamad memasukkan ‘99’
artikel dalam buku tersebut?” Hanya sang budayawan Goenawan Mohamad yang tahu
jawabannya. Pertanyaan ini sesungguhnya pertanyaan yang trivial, tidak
terlalu signifikan. Ada atau tidak ada jawaban, tidak terlalu bermasalah bagi
saya. Yang bermasalah adalah sejumlah pertanyaan yang saya coba cari sendiri
jawabannya dulu, dan pertanyaan(-pertanyaan) berikut, di buku kedua.
“Benarkah
Nabi Muhammad SAW ummi, tidak bisa baca-tulis? Jika Nabi Besar benar-benar
jenius, moso’ sekadar membaca dan menulis tidak bisa? Seperti diapungkan
oleh Agus Mustofa, bukankah Sang Nabi semasa menjadi pemimpin di Madinah memiliki
puluhan staf, yang diantaranya staf sekretaris negara dan pemerintahan yang
membawahi sejumlah sekretaris-sekretaris khusus termasuk yang bertugas dalam
penyusunan kitab Al-Qur’an yang langsung di bawah pengawasan langsung Sang
Baginda Nabi? Benarkah Rasulullah tidak bisa sekadar baca alias buta huruf?
Agus
Mustofa, sang Pengasuh Diskusi Tasawuf Modern, yang di tahun 2008 telah
menghasilkan 18 judul Serial Diskusi Tasawuf Modern, berkesimpulan bahwa Nabi
Besar Muhammad SAW benar-benar ummi, buta huruf, adanya, sesuai dengan
firman Allah azza wajalla dalam surat Al-A’raf ayat 158 sebagai berikut: Katakanlah,
“Wahai Manusia! Sesungguhnya aku adalah utusan Allah bagimu semua, Allah yang
memiliki kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kepada Allah dan
Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada
kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya). Ikutilah dia, supaya kamu mendapat
petunjuk”.
Agus
Mustofa, sang putra Syekh Tarekat Djapri Karim, (mungkin) sudah tuntas menyodorkan
bukti-bukti atas kesimpulannya itu dalam bukunya. Hanya saja, saya yang belum
selesai membacanya. Insya Allah, segera saya selesaikan. Semoga, dan insya
Allah, setelah selesai membacanya, semuanya akan menjadi jelas dan terang
benderang: clear dan clean, setidaknya bagi saya. Semoga.
Riyadh, 11 Mei
2024
Sabar menunggu resensi bukunya...
BalasHapusMatur nuwun BWnya, Bu Sri. Tulisan2 Bu Sri luar biasa. Saya sudah mulai membaca beberapa tulisan Bu Sri di blognya. Diantaranya, yang tanggal 13 tidak selalu apes itu. mantap. Juga ide2 variasi kegiatan Senin sampai Jumat itu, masya Allah, inspiratif
Hapus