Tetap Sedih
Oleh
Mustajib
WALAU masih ada kesempatan untuk bertemu dan
bersama-sama lagi jika sama-sama dikaruniai kesehatan dan umur panjang, tetap
saja menyembul rasa sedih di hati saat berpisah. Itulah yang -- khususnya --
saya rasakan saat melepas kepulangan kedua anak kami (Ika Fitria Rahmawati dan
Witry Naylufar) dari Riyadh ke Lombok, Indonesia, tadi pagi, Rabu, 24 April
2024.
Rasa 'keterpisahan' itu mulai makin terasa sejak bulan
April ini. Ini menjadi bulan
terakhir kebersamaan di Saudi, khususnya di Riyadh. Sejumlah kegiatan dan/atau event
menjadi yang terakhir. Diantaranya, sholat Idul Fitri bersama yang
terakhir di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Riyadh, Arab Saudi.
Tanggal 23
April 2024 kemarin menjadi hari terakhir menginjakkan kakinya di Sekolah
Indonesia Riyadh (SIR). Suasana terakhir, sepertinya benar benar yang terakhir,
karena insya Allah, tahun 2025 sudah pindah ke gedung baru yang disewa dalam jangka
panjang, antara 35 sampai 50 tahun, yang terus bisa diperpanjang di setiap
akhir masa sewa, yakni di tahun ke-35 atau ke-50.
Tadi malam, Selasa
malam (23/04/2024) benar-benar menjadi malam terakhir keduanya menginap bersama
kami sekeluarga di PHS (Perumahan Home Staff) yang disediakan untuk kami
di Dareen Street, lingkungan Diplomatic Quarter (DQ). Di
penghujung malam, sekitar jam lima’an dini hari, bakda sholat subuh, kami
mengajak mereka ke Toko Tamimi, sekitar seribu meter dari PHS kami, untuk
berbelanja jajan-jajan kering sebagai persiapan cemilan saat di ruang tunggu
bandara dan/atau saat dalam pesawat sebelum landing (mendarat) di BIZAM
(Bandara Internasional Zainuddin Abdul Madjid) Lombok. Ini pun menjadi
kesempatan terakhir berbelanja di Tamimi DQ.
Dan tadi
pagi, 24 April 2024, sekitar pukul 10.30 Waktu Riyadh (WR), menjadi kesempatan
terakhir melintasi gerbang (Check Point) lingkungan DQ. DQ
memiliki dua check point: Check Point Utara dekat Bundaran (Jalan Utama)
1 dan Check Point Selatan dekat Bundaran 7. KBRI Riyadh berada di antara Bundaran 3 dan
Bundaran 4, berhadapan dengan Taman Al-Kindi, di sebrang jalan.
Sebelum
meninggalkan PHS, saya sempatkan menyuruh anak-anak sujud syukur dengan antara
lain mengucapkan ‘syukur Alhamdulillah’ atas segala kebaikan yang diperoleh
dari PHS’ dan memanjatkan doa-doa seperti ‘diberikan kelancaran dan keselamatan
dalam perjalanan hingga sampai rumah di Dusun Jempong, Desa Darek, Praya Barat
Daya, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB)’, dan ‘diberikan
kesempatan untuk tinggal lagi di PHS yang sama atau sejenis di kemudian hari’.
Perjalanan
dari DQ ke Bandara Internasional King Khalid, Riyadh, melalui Tariqk
(Jalan) King Salman, ditempuh sekitar 34 menit. Loket Check-in Qatar Airways
(QA) dibuka jam 11.00 WR. Alahmdulillah proses proses checkin dan
pemeriksaan di keimigrasian berjalan lancar. Pada jam 11.49 WR, kami mendapat
kirim foto melalui pesan WhatsApp (WA) bahwa kedua putri kami sudah
berada di ruang tunggu pesawat, Gate 304.
Foto : Di Bandara Internasional Doha. Dokumen Pribadi
Tepat pukul 14.40 QA dengan nomor penerbangan 1165 benar-benar memutuskan sentuhan langsung pijakan kaki anak-anak kami dari permukaan pertiwi negeri kelahiran Nabi Besar Muhammad SAW. Fii amanillah. See you soon. We miss you all a lot.
Riyadh, 24 April 2024
Bagi saya tulisan Bapak selalu indah. Dalam kesedihan InsyaAllah sementara, namun paparan tulisan sungguh bermakna dan abadi. Mtr nuwun Bapak!
BalasHapusMatur nuwun atas silaturrahminya, Bu Mimin. Semoga ttp sehat dan makin sukses. Salam literasi. Ewako
Hapus