Akhirnya, Tantang - Menantang

            Dokumen : "Peluncuran Buku Nadhira di Indonesia" oleh Telly D (daswatia.com)

Akhirnya, Tantang - Menantang
Oleh
Mustajib

 

KADANG kala, tidak hanya hal-hal serius yang dapat mendatangkan kebermanfaatan. Penggarapan hal-hal yang trivial (remeh-temeh), biasa-biasa saja, atau bahkan ‘ikut-ikutan’ pun dapat membawa dampak positif. Contoh kongkritnya adalah hadirnya tulisan ini, sebagai sebuah produk literasi baca-tulis. Jika tulisan ini diposting di WhatsApp Group (WAG) Rumah Virus Literasi (RVL) maka Mas Syaiful akan mencatatkannya sebagai sebuah “kebajikan”, setidaknya sikap baik terhadap amanah grup.

Unsur ‘ikut-ikutannya’, apa, di pin mana? Entah ceritanya tentang apa dan bagaimana kronologisnya, saya kurang faham. Saya tidak tahu. Yang saya tahu adalah hari ini, Kamis tanggal delapan belas April dua ribu dua puluh empat, di WAG RVL, Bu Mien Sumintarsih merilis tulisannya dengan judul “Rindu untuk Memeluknya”. Jika mundur dua chat (ke atas, scroll up), ada jejak postingan yang dihapus. Saya belum sempat membaca postingan yang dihapus itu. Tapi jika saya melihat chat di atas postingan yang dihapus itu, saya khaqul yakin, tulisan “Rindu untuk Memeluknya” itulah yang dihapus. Chat dari Bu Mien Sumintarsih yang dimaksud berbunyi “Memenuhi panggilan Bunda Telly 👇👇😊😊”.

Sekali lagi, saya tidak tahu “materi” tantangan dan “kronologis tantang-menantang” antara Bu Telly dengan Bu Mien (maaf, saya menggunakan nama pendek atau nama panggilan dengan maksud ‘coba lebih dekat’). Jika disepakati bahwa ‘tantangan’ berarti hal atau objek yang menggugah tekad untuk meningkatkan kemampuan mengatasi masalah dalam artian sebuah hal yang membuat kita semakin bertekad dalam melakukan sesuatu dan mendapatkan hasil” (lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia/KBBI) maka bukan Bu Mien saja yang mendapat tantangan dari Bu Telly. Saya juga mendapat tantangan (serius).

Pada Rabu, 17 April 2024, ‘dengan lantang’ Bu Telly mengeluarkan tantangan kepada saya. Tantangannya menggeletar mengguncang angkasa seperti ini, “Wow pendatang baru yg (‘yang’) “ciber” (Bugis : mengkilap/kinclong) .... Sy (‘saya’) suka tulisan bapak. Bahaya!!! Jika saya ketagihan membaca tulisan bpk (‘bapak’), harus bertanggungjawab yeee”. Sudah jelas kan poin tatantangannya : “bertanggungjawab-lah” supaya saya bisa rutin menyuplai tulisan-tulisan yang dapat memenuhi, minimal, selera atau cita rasa minimal Bu Telly dalam membaca suatu tulisan. Sebuah tantangan yang super cadas!!!

Tanpa berbasa-basi, langsung to the point, saya menerima tantangan tersebuat, bahwa saya siap ‘bertanggungjawab’ untuk menghadirkan tulisan-tulisan yang ‘ciber’ dan/atau bernas dengan dua syarat. Persayaratn pertama, Bu Telly harus berkenan membagi tip-tip sukses menulisnya. Bu Telly harus bersedia membuka semua rahasia di balik kekinclongannya, yang sejauh ini, telah csukses menghasilkan 37 buku, dengan rincian spesifikasi 30 buku bersama dan 7 buku solo. Apa rasahsia menulis ssecemerlang itu? Dan apa resep-resep menulis sehingga tulisan-tulisan Bu Telly ‘selalu’ mendapat pujian dari ‘Abah Dulgemuk’ (eeehh maaf, mudah-mudahan salah), maksud saya, Abah Doktor Khoiri? “(Inilah) Tulisan yang penggarapannya serius, tidak grusu-grusu,” puji Abah Doktor, 6 April 2024 lalu, saat mengapresiasi tulisan Bu Telly yang bertajuk “Inspirasi dari “Ratu Malam” (WAG RVL, 06/04/2024).

Dari yang 7 buku solo, yang paling melambung – hampir-hampir menyentuh jidat langit – adalah buku (biografi pendek yang tebal) bertajuk “Nadhira” (2024). Pasti butuh resep-resep khusus untuk bisa menghadirkan karya projektif-futuristik tersebut. Lagi-lagi, atas akan hadir atau kehadiran buku ini, pada Rabu, 13 Desember 2023 lalu, Abah Doktor memberikan apresiasi objektif yang luar biasa. Abah Doktor menulis, “Buku yang ditulis oleh Telly D. ini – Nadhira, Terbanglah Rajawali Kecilku- tidak lain dan tidak bukan merupakan cara yang luar biasa dalam mengekpresiakn perasaan cinta, sebuah bukti persembahan cinta yang abadi untuk Nadhira cucu tersayangnya. Ada makna lebih luas dan dalam ketika hubungan nenek dan cucu ditandai dengan penghadiahan buku oleh sang nenek kepada cucunya” (WAG ‘Sahabat Pena Kita/SPK’, 13/12/2023).

Secara khusus, Abah Doktor menegaskan keberuntungan Nadhira dan keunggulan sang neneknya (Bu Telly) dengan narasinya, “Alangkah beruntungnya Nadhira, memiliki nenek Telly D. yang juga sebagai penulis – saya menyebutnya ‘penulis pensiunan yang berjiwa muda’. Dia memilki kepekaan yang tajam untuk menulis biografi pendek Nadhira, memangkap (‘menangkap’?) setiap momen penting mulai sebelum Nadhira lahir hingga Nadhira tinggal di negeri Singapore bersama kedua orangtuanya.” Yang masih ingin mendapatkan tentang keterangan tambahan tentang ‘ketangguhan’ Bu Telly (D.), silahkan baca (kembali) “Hadiah Buku untuk Nadhira sebagai Persembahan Cinta Abadi”, oleh Much. Khoiri, dalam muchkhoiri.com.

Syarat kedua, setelah membokar dan ikhlas memeberikan rahasia-rahasia sukses menulis itu kepada saya, semoga secara memberinya secara terbuka sehingga banyak yang dapat memetik manfaat, dan saya ternyata belum mampu mencapai pencapaian seperti pencapaian Bu Telly, please deh, tolong jangan memberikan sanksi kepada saya. Tolong dimaklumi bahwa saya adalah pendatang baru, yang masih perlu banyak arahan, bimbingan dan polesan. Saya masih perlu banyak “dikempang” seperti besi yang mau dibentuk menjadi bahan pesawat-pesawat tempur. Bagaimana, setujukah?

Eh, ternyata saya menantang juga akhirnya! Kurang sopan banget saya ini!! Pamit undur dulu aaakhh untuk pasang ancang-ancangan sebelum “dikemplang”!!!

 

Riyadh, 18 April 2024
Diplomatic Quarter (DQ), Riyadh, Arab Saudi.
Pukul 09.51 Waktu Arab Saudi.

Mustajib

Simple man. Having 4 children from 1 wife. Civil Servant.

2 Komentar

Lebih baru Lebih lama