Madu dan Buku

                 
Dokumen : Vidio postingan Youtube Channel Seru2112
Madu dan Buku
Oleh
Mustajib

 

PARA pecinta lagu-lagu pop Indonesai di era pertengahan tahun 1980an pasti kenal betul dengan lagu yang berjudul “Madu dan Racun”. Lagu yang dinyanyikan oleh Arie Wibowo ini secara umum bercerita bahwa sang aku lirik tidak tahu persis apa keputusan yang akan diambil oleh kekasihnya.

Digambarkan dalam lagu, sang kekasih si aku lirik berparas cantik, manis dan manja. Di balik pesonanya itu, sang kekasih sepertinya memendam suatu masalah ‘psikologis’ yang ia sembunyikan. Hal itu terlihat antara lain melalui sikapnya yang tersipu-sipu, semacam selalu salah tingkah. Deskripsi fisik nan molek dan psikis yang ‘tergores’ serta kemisterian seperti apa sikap sang kekasih terhadap aku lirik terlihat jelas melalui bait pertama dan kedua dari lagu produksi perdana Bill & Brod tahun 1985 itu.

Bait pertama dan kedua dari lagu yang dinyani ulang oleh Aliya Shafira, putri Alhamrhum Arie Wibowo, tahun 2021 itu bersenandung sebagai berikut : Engkau yang cantik / Engkau yang manis / Engkau yang manja / Selalu tersipu rawan sikapmu / Di balik kemelutmu // Di remang kabutmu / Di tabir mega-megamu / Kumelihat dua tangan / Dibalik punggungmu //.

Apa yang disembunyikan di balik punggung sang kekasih? Ternyata, di bait ketiga, tabir terbuka: Madu di tangan kananmu / Racun di tangan kirimu / Aku tak tahu mana yang akan kau berikan padaku / Aku tak tahu mana yang akan kau berikan padaku. Saking tak bisa ditebak keputusan mana yang akan diambil sang kekasih, menurut hemat saya, sang aku lirik memberi isyarat dengan mengulang dua kali lariknya yang berkeluh kebingungan, “Aku tak tahu mana yang akan kau berikan padaku”.

https://youtu.be/-9KaDEQ8C7k?si=kroOBclEaszzAWNT

Sesungguhnya tulisan ini tak hendak membahas lagu Alm. Arie Wibowo yang merupakan lagu daur ulang dari lagu “Bingung” karya Prambos Vocal Group tahun 1975 itu (lihat ‘wikipedia’, id.m.wikipedia.org). Melainkan, tulisan ini berniat menyinggung serba sedikit tentang kontras sikap kebingungan seperti yang terungkap dalam lagu tersebut dengan sikap ‘tegas’ (being firmed alias tegas-mantap) seperti yang terungkap dalam salah satu media ungkap (media ekspresi) lainnya. Media ekspresi yang disebut kedua adalah sebuah “Reels” di instagram BBSLEARNING.ID.

Di media sosial (medsos) tersebut, cahyadi_takariawan mengunggah vidio singkat tentang pelatihan camp musim semi di Tiongkok. Dalam unggahan yang diberi judul “Pilih Buku atau Batu Bata” itu, terpotret penumbuhkembangan kesadaran kepada anak-anak negeri setempat tentang arti pentingnya pendidikan. Arti pentingnya ‘belajar’ yang disimbolkan dengan buku. Masing-masing “bocil” (bocah kecil) diminta membawa buku di tangan kanannya dan dua buah batu bata merah di tangan kirinya. Di dalam vidio tersebut, terlihat dan terdengar dengan jelas, ‘tidak ada’ kemisteriusan dan/atau ketidaktegasan antara pilihan yang ada di tangan kanan dan di tangan kiri.

Terjadi dialog antara guru dengan masing-masing siswa, sepertinya setelah sekian lama siswa membawa buku di tangan kanan dan (memindahkan) dua batu bata merah di tangan kiri. Berikut ini dialog sang guru dengan salah seorang siswa (yang mendapat giliran bicara) :

Guru

:

Lelah tidak?

Siswa

:

Lelah!

Guru

:

Lelah tidak?

Siswa

:

Lelah!

Guru

:

Lelah memindahkan Batu Bata atau lelah karena Belajar?

Siswa

:

Pindahkan batu bata

Guru

:

Aku kasih kau pilihan

 

 

pilih Batu Bata di tangan kiri

 

 

Atau pilih buku di tangan kananmu?

 

 

Putuskan sendiri jalan hidupmu!!

Siswa

:

Siswa : Aku pilih Buku di tangan kanan.

Guru

:

Lihat lah bukumu ini

 

 

Lihat!!!

 

 

Demi dirimu sendiri Belajar lah

 

 

Bisakah kau lakukan?

Siswa

:

Bisa

Guru

:

Ingat semua janji dirimu sendiri

 

 

Ingat pilihan kau!

 https://www.instagram.com/reel/C34CHHdBPma/?igsh=cmVqdWoyaGNxY3Ex

Untuk mendapatkan “feel” atau tone (firm-nya, suasana lahor-batin) dari dialog tersebut, dipersilahkan langsung menyimak vidionya. Guru tegas bertanya dan mengafirmasi. Siswa – dengat raut dan segenap bahasa (body languages) terkait lainnya – tegas menyatakan pilihan. Tidak ada yang abu-abu. Setelah siswa tegas lebih memilih buku dari pada bagtu bata, sang guru guru mengonfirmasi,”Demi dirimu sendiri, belajarlah. Bisakah kalu lakukan?”. Dijawab dengan tegas, “Bisa!”. Lalu sang guru menguatkan. “Ingat semua janji dirimu sendiri. Ingat pilihan kau!,” tegas sang guru, dengan mantap.

Begitulah cara orang-orang di negeri seberang menanamkan nilai-nilai karakter baik, khususnya kesadaran belajar, kesadaran membaca, kesadaran untuk “membuang” batu bata yang lebih menyimbolkan “labour, labourous, dan ‘blue coller worker” (kerja kasar, menguras tenaga, pekerja kasar). Kita bisa bisa membandingkan cara tersebut dengan cara-cara kita melaksanakan pembelajaran karakter terkait kepada anak-anak didik kita. Kita juga bisa merasakan (feel) langsung bagaimana respon, kesungguhan dan janji diri anak-anak didik kita untuk belajar.

Sesungguhnya di dalam kehidupan beragama, khususnya Islam, sesuai agama yang saya yakini, kita sudah disadarkan dengan kehadiran malaikat Rakib dan Atid. Malaikan Raqib mencatat kebaikan, di tangan (sisi) kanan kita. Sementara Malaikat Atid mecatat keburukan, di tangan (sisi) kiri. Namun, mungkin belum banyak diantara kita yang mampu menginternalisasikan pesan-pesan sublim tersebut secara kongkret dalam kehidupan dunia pendidikan kita yang sesuai dengan dunia belajar anak yang masih bocil. Bisa jadi, masih banyak yang bersifat verbal, tanpa pengalaman nyata – jika kita sepakat – seperti yang ditayangkan dalam vidio “Pilih Buku atau Batu Bata” di atas.

Jika pilihan “buku” – di tangan kanan -- diinternalisasikan secara mendarah daging dan diwujudkan secara berdarah-darah juga dalam kehidupan sehari-hari, sangat mungkin “batu bata” yang di tangan kiri akan tergusur oleh licinnya “madu”. Dengan demikian, “buku” sebagai simbol proses pembelajaran, yang bertengger di tangan kanan, akan bersanding harmonis dengan “madu” sebagai simbol produk yang baik penuh barokah di tangan kiri.

Bukankah dalam Al-Qur,an Allah al-Alimun telah menjanjikan kebaikan (keselamatan dunia dan akhirat) bagi orang-orang yang rajin ‘iqra’ (membaca) dan/atau berilmu(QS Al-Mujadilah : 11) dan menggunakan madu sebagai lambang penuh kebaikan dan keberkahan (QS An Nahl “ 69)?

Wallahu bishawab.

 

Riyadh, 24 April 2024

Mustajib

Simple man. Having 4 children from 1 wife. Civil Servant.

4 Komentar

  1. %Di media sosial (medsos) tersebut, cahyadi_takariawan mengunggah vidio singkat tentang pelatihan campmusim semi di Tiongkok. Dalam unggahan yang diberi judul “Pilih Buku atau Batu Bata” itu, terpotret penumbuhkembangan kesadaran kepada anak-anak negeri setempat tentang arti pentingnya pendidikan. Arti pentingnya ‘belajar’ yang disimbolkan dengan buku. Masing-masing “bocil” (bocah kecil) diminta membawa buku di tangan kanannya dan dua buah batu bata merah di tangan kirinya. Di dalam vidio tersebut, terlihat dan terdengar dengan jelas, ‘tidak ada’ kemisteriusan dan/atau ketidaktegasan antara pilihan yang ada di tangan kanan dan di tangan kiri"
    Paragraf ini yang saya suka.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Matur sembah nuwun, Bun, atas apresiasi dandorogan penyemangatnya. Semoga menjadi tambahan amal ibadah. Aaamiin

      Hapus
  2. Balasan
    1. Matur nuwun, Bah Inin. Salam sehat dan sukses selalu

      Hapus
Lebih baru Lebih lama