Ekspansi 'Ewako'

                                                          Foto Supporters PSM Makassar. Dokumen Wikipedia
Ekspansi 'Ewako'

Oleh

Mustajib

 

PENGGUNAAN 'ewako' makin meluas di WhatsApp Group (WAG) 'Rumah Virus Literasi' (RVL). Ekspansi penggunaan ini tidak hanya meliputi frequensi penggunaan, melainkan juga jumlah pengguna.

Saya, Mustajib, salah seorang pendatang baru di WAG RVL, yang notabene suku Sasak, asal Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), kini mulai ikut menggunakan kosa kata bahasa daerah asal Sulawesi Selatan tersebut, khususnya di WAG RVL.

Kosa kata yang sederhananya berarti 'Semangat' tersebut diperkenalkan oleh Bu Daswatia yang akrab kami sapa dengan Bu(nda) Telly.

Untuk lebih "mempromosikan" penggunaan kata tersebut dan khususnya untuk lebih "menyemangati" anggota-anggota junior dan/atau pendatang baru untuk menulis, Bu Telly memberikan reward (hadiah) terbatas atas akan terbitnya buku solonya yang ke-8 (berisi pantun) dan ke-9 (pentigraf), di luar buku antologinya yang telah mencapai 30 buku, dengan meminta para peminat menulis, "SEMANGAT (spasi) 💪💪💪(spasi) Nama (spasi) 'dalam kurung, Pilihan Buku", semisal "SEMANGAT 💪💪💪 Mustajib (Pentigraf)".

Untuk mendapatkan vibe (atmosfer) dan/atau nuansa 'semangatnya' yang sesungguhnya dari ‘ewako' dan agar tidak terjebak dalam pemahaman yang keliru, yang berpotensi melahirkan prejudice atau prasangka-sangka buruk, sebagai outsider dari penutur asli bahasa Bugis dan Makassar, saya coba memperluas wawasan tentang keberadaan kata tersebut, misalnya, dengan cara membaca tulisan-tulisan, yang (mungkin) ada.

Urgensi ekplorasi tersebut relevan dengan himbauan bahwa de facto kata "ewako" kadang-kadang juga dikonotasikan negatif apabila tidak dipahami makna sebenarnya dengan tepat (lihat 'wikipedia, sub 'akar bahasa').

"Ewako" potensial dipahami hanya sebagai sebuah kata emosional dari seseorang yang menantang orang lainnya untuk berkelahi atau berduel.

Untuk maksud tersebut, seseorang dari luar komunitas pemakai pemakai asli kata 'ewako' harus memaknai kata 'ewako' dengan tepat.

Saya menemukan dua sumber bacaan tentang sudut pandang historis-filosofis dan semantik fungsional kata 'ewako'. Kedua sumber referensi pokok yang dimaksud adalah "wikipedia" (id.m.wikipedia.org) dan "KPKNL Makassar" (www.djkn.kemenkeu.go.id).

Uraian berikut merupakan 'parafrase' atau ringkasan penarasian ulang dari uraian-uraian yang ada dalam kedua sumber yang dimaksud.

Secara historis-filosofis salah satu basis pemikiran untuk memaknai kata 'ewako' adalah dengan menggali dan menghayati nilai-nilai kultural masyarakat Bugis-Makassar itu sendiri. Disebutkan, paling tidak ada tiga nilai yang sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat Bugis-Makassar. Ketiga nilai yang dimaksud adalah siri', pesse'/pacce', dan were’.

Siri' adalah sistem nilai sosio-kultural dan kepribadian, yang merupakan pranata pertahanan diri dan martabat manusia sebagai individu dan anggota masyarakat. Dalam bahasa yang lebih sederhana, siri' adalah pandangan hidup yang bertujuan untuk mempertahankan harkat dan martabat pribadi, orang lain atau kelompok, dan terutama negara.

Pesse' (pacce', bahasa Makassar) secara bahasa berarti pedih atau perih. Dengan demikian pacce mengandung makna 'rasa iba'. Pacce atau Pesse' bisa juga diartikan sebagai rasa kemanusiaan yang adil dan beradab, yang menyalakan semangat rela berkorban, bekerja keras dan pantang mundur.

Were' adalah kepercayaan pada diri sendiri yang teguh, bahwa hanya dengan ketekunan dan keuletan (rajin, sungguh-sungguh) yang dilandasi dengan kecakapan, kejujuran, kebenaran, ketegangan (‘kegigihan’) serta kesabaran, maka nasib seseorang atau sesama warga negara dapat diperbaiki.

Kepercayaan pada diri sendiri ini tidaklah dapat dipisahkan dari kepasrahan dan pengandalan diri orang terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Berdasarkan perspektif historis-filosofis di atas, makna fungsional 'ewako' dapat ditambahkan atau dipertegas sebagai berikut.

Ewako merupakan sebuah kata yang sekaligus istilah populer di kalangan masyarakat Sulawesi Selaran, khususnya suku Bugis dan suku Makassar, sebagai ungkapan penyemangat dalam melakukan aktivitas atau kegiatan yang sedang atau yang akan dilakukan agar dapat berjalan dengan baik.

Secara etimologis, 'ewako' berasal dari kata "Rewako" yang bermakna: Rewa = berani;  Ewa = melawan; dan Ko = Kamu.

Secara harfiah, 'ewako' merupakan ajakan untuk berani berjuang, yang dapat disepadankan dengan "Ayo Lawan!", "Ayo Berjuang!", "Berani!", dan "Jangan Putus Asa!"

'Ewako' sering dijadikan sebagai slogan, misalnya pada musim pemilihan umum (pemilu), atau yel-yel penyemangat pada saat tim sepak bola asal Makasar (PSM Makassar) bertanding.

Selain untuk memberikan semangat kepada PSM Makassar, kata 'ewako' juga digunakan untuk memberikan semangat kepada seseorang atau sekelompok orang dalam bidang atau hal lain sebagai pembakar semangat solidaritas masyarakat Sulawesi Selatan.

'Ewako' biasanya digandengkan dengan nama komunitas atau kelompok masyarakat tertentu atau bahkan nama  tokoh tertentu.

KPKNL Makassar juga menggunakan 'ewako' sebagai yel-yel yang menggambarkan semangat dan komitmen dalam memberikan pelayanan prima kepada seluruh pihak berkepentingan (stakeholders).

Kini, komunitas RVL (RVL- ers, dibaca 'ervlerz' -- jika berkenan disapa seperti itu), mulai dan dapat melanjutkan ekspansi penggunaan 'ewako'  dalam ranah pengembangan dan penyebaran kompetensi 'virus literasi' di kalangan seluruh warga negara Indinesia, tanpa terkecuali, mulai dari yang masih muda (beneran) sampai dengan yang sudah 'sepuh-namun-berjiwa-muda'.

Ewako💪💪💪

 

Madinah, 20 April 2024

Mustajib

Simple man. Having 4 children from 1 wife. Civil Servant.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama